Inilah 6 Pahlawan Nasional dan Tokoh Besar Kelahiran Banyumas

Karesidenan banyumas yang meliputi empat kabupaten yaitu banyumas purbalingga banjarnegara dan cilacap, dikenal dengan logatnya yang ngapak dan penginyongan.

Dengan simbol tokoh pewayangan punakawan bawor sebagai simbol masyarakat banyumas punya sifat blaka suta atau apa adanya. banyak tokoh besar dan pahlawan nasional kelahiran banyumas. Ini tentu semakin memperkaya khasanah tentang banyumas yang memang dikenal mempunyai banyak sumber daya alam, panorama alamnya yang eksotik yang menyebar diberbagai daerah dikaresidenan ini. Banyumas juga dikenal karna adanya kepulauan disebelah selatan cilacap yaitu pulau nusa kambangaan.

Tokoh-tokoh besar dan pahlawan nasional kelahiran banyumas antara lain adalah :

PANGLIMA BESAR JENDRAL SOEDIRMAN

Jenderal Besar Soedirman merupakan tokoh besar dan pahlawan nasional putra asli banyumas dan menjadi kebanggaan masyarakat banyumas khususnya kabupaten purbalingga sebagai tanah tempat kelahirannya. Jendral Besar TNI Anumerta Soedirman lahir di Bodas Karangjati, Purbalingga, Jawa Tengah, 24 Januari 1916 – meninggal di Magelang, Jawa Tengah, 29 Januari 1950 pada umur 34 tahun). Sementara pendidikan militer diawalinya dengan mengikuti pendidikan tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor. Setelah selesai pendidikan, ia diangkat menjadi Komandan Batalyon di Kroya.

Setelah Indonesia merdeka, dalam suatu pertempuran dengan pasukan Jepang, ia berhasil merebut senjata pasukan Jepang di Banyumas. Itulah jasa pertamanya sebagai tentara pasca kemerdekaan Indonesia. Sesudah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, ia kemudian diangkat menjadi Panglima Divisi V/ Banyumas dengan pangkat Kolonel. Dan melalui Konferensi TKR tanggal 2 Nopember 1945, ia terpilih menjadi Panglima Besar TKR/ Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia. Selanjutnya pada tanggal 18 Desember 1945, pangkat Jenderal diberikan padanya lewat pelantikan Presiden. Jadi ia memperoleh pangkat Jenderal tidak melalui Akademi Militer atau pendidikan tinggi lainnya sebagaimana lazimnya, tapi karena prestasinya.

Pada saat pasukan Belanda kembali melakukan agresinya atau yang lebih dikenal dengan Agresi Militer II Belanda, Ibukota Negara RI berada di Yogyakarta sebab Kota Jakarta sebelumnya sudah dikuasai. Jenderal Sudirman yang saat itu berada di Yogyakarta sedang sakit. Keadaannya sangat lemah akibat paru-parunya yang hanya tingggal satu yang berfungsi. Dalam Agresi Militer II Belanda itu, Yogyakarta pun kemudian berhasil dikuasai Belanda. Bung Karno dan Bung Hatta serta beberapa anggota kabinet juga sudah ditawan. Melihat keadaan itu, walaupun Presiden Soekarno sebelumnya telah menganjurkannya untuk tetap tinggal dalam kota untuk melakukan perawatan. Namun anjuran itu tidak bisa dipenuhinya karena dorongan hatinya untuk melakukan perlawanan pada Belanda serta mengingat akan tanggungjawabnya sebagai pemimpin tentara.



Maka dengan ditandu, ia berangkat memimpin pasukan untuk melakukan perang gerilya. Kurang lebih selama tujuh bulan ia berpindah-pindah dari hutan yang satu ke hutan yang lain, dari gunung ke gunung dalam keadaan sakit dan lemah sekali sementara obat juga hampir-hampir tidak ada. Tapi kepada pasukannya ia selalu memberi semangat dan petunjuk seakan dia sendiri tidak merasakan penyakitnya. Namun akhirnya ia harus pulang dari medan gerilya, ia tidak bisa lagi memimpin Angkatan Perang secara langsung, tapi pemikirannya selalu dibutuhkan.

Sudirman yang pada masa pendudukan Jepang menjadi anggota Badan Pengurus Makanan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Keresidenan Banyumas, ini pernah mendirikan koperasi untuk menolong rakyat dari bahaya kelaparan. Jenderal yang mempunyai jiwa sosial yang tinggi, ini akhirnya harus meninggal pada usia yang masih relatif muda, 34 tahun.



Pada tangal 29 Januari 1950, Panglima Besar ini meninggal dunia di Magelang dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta. Ia dinobatkan sebagai Pahlawan Pembela Kemerdekaan sekaligus tokoh besar HW. Jasa-jasanya kepada negeri ini besar sekali, sebagai salah satu bentuk penghargaan dan penghormatan kepada beliau maka nama beliau diabadikan sebagai nama jalan protokol disetiap kota. Untuk mengenang perjuangan beliau, pemerintah beserta keluarga juga membuat monumen perjuangan jendral besar soedirman ditanah kelahirannya.

JENDRAL GATOT SUBROTO

Tentara yang aktif dalam tiga zaman ini pernah menjadi Tentara Hindia Belanda (KNIL) pada masa pendudukan Belanda, anggota Pembela Tanah Air (Peta) pada masa pendudukan Jepang dan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) setelah kemerdekaan Indonesia serta turut menumpas PKI pada tahun 1948. Ia juga menjadi penggagas terbentuknya Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI). Berpendirian tegas dan memiliki solidaritas yang tinggi, merupakan ciri khas dari Jenderal Gatot Subroto. Pria lulusan Sekolah Militer Magelang masa pemerintahan Belanda, ini paling tidak bisa mentolerir setiap tindak kezaliman, walau oleh siapapun dan kapanpun.

Tidak banyak informasi yang dapat digali seputar biografis beliau kecuali beliau lahir dibanyumas pada tanggal 10 0ktober 1907 dan wafat dijakarta pada 11 juni 1962

. Berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No. 222/1962, Jendral Gatot Subroto diangkat sebagai tokoh Nasional/Pahlawan kemerdekaan Naional.

Untuk mengenang dan menghormati jasa beliau nama beliau diabadikan sebagai nama rumah sakit angkatan darat juga sebagai nama jalan utama disetiap kota.

RADEN MAS MARGONO JOYOHADIKUSUMO

Raden Mas Margono Djojohadikusumo (lahir banyumas 16 Mei 1894 – meninggal 25 Juli 1978 pada umur 84 tahun) adalah pendiri Bank Negara Indonesia. Ia adalah orang tua dari Begawan Ekonomi Indonesia, Prof. Dr. Soemitro Djojohadikusumo, dan juga ayah dari dua pemuda yang gugur dalam peristiwa Pertempuran Lengkong: Kapten Anumerta Soebianto Djojohadikusumo dan Taruna Soejono Djojohadikusumo[1]. Nama mereka diabadikan dalam nama cucunya, politikus dan mantan Danjen Kopassus dan Pangkostrad, Prabowo Subianto, serta pengusaha Hashim Sujono. Untuk mengenang jasa-jasanya maka didirikanlah rumah sakit besar dengan nama RSUD MARGONO dan musium uang BRI dipurwokerto banyumas.

PROF. DR. SOEMITRO JOYOHADIKUSUMO
lahir dibanyumas Jawa Tengah, (29 Mei 1917 – meninggal di Jakarta, 9 Maret 2001 pada umur 83 tahun) adalah salah seorang ekonom Indonesia yang terkenal. beliau juga termasuk tokoh besar dan pahlawan nasional kelahiran banyumas. Murid-muridnya banyak yang berhasil menjadi menteri pada era Suharto seperti JB Sumarlin, Ali Wardhana, dan Widjojo Nitisastro. Selain itu, Soemitro juga merupakan ayah dari Mantan Danjen Kopassus, Prabowo Subianto, ayah mertua dari mantan Gubernur Bank Indonesia, Soedradjad Djiwandono, dan juga besan dari mantan Presiden Indonesia, Soeharto.

Soemitro adalah anak dari Raden Mas Margono Djojohadikusumo, pendiri Bank Negara Indonesia dan Ketua DPAS pertama dan anggota BPUPKI.

Dalam pemerintahan, posisi yang pernah diembannya adalah sebagai Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian dan Menteri Riset atau Menristek saat ini.

JENDRAL SOESILO SOEDARMAN

Susilo sudarman merupakan Bapak dari menteri koordinator kemaritiman kabinet kerja pemerintahan presiden joko widodo yaitu indroyono susilo merupakan salah satu tokoh besar dan pahlawan nasional kelahiran banyumas dan beliau adalah putra asli daerah Desa Gentasari Kecamatan kroya kabupaten Cilacap. Seabreg prestasi dan jabatan telah di sandang oleh jendral berbintang empat ini. Mulai dari seorang lulusan AKMIL terbaik pada tahun 1945-1948, duta besar luar biasa berkuasa penuh di Amerika serikat, menparpostel, menkopolkam pada era keprisedanan suharto,. Dan seabreg jabatan lainnya.

Jendral kelahiran 10 november 1928 ini wafat dijakarta pada 18 desember 1987 dan dimakamkan ditaman makam pahlawan kalibata jakarta dengan Upacara Kebesaran Militer. Bendera Setengah Tiang dikibarkan di seluruh Indonesia, selama 3 hari. Ia menyandang 25 Bintang Kehormatan, Satya Lencana dan penghargaan dari negara negara: Indonesia, Amerika Serikat, Negeri Belanda dan Kerajaan Austria.

Salah satu bentuk penghargaan kepada beliau keluarga dan pemerintah membangun musium susilo sudarman di Desa Gentasari, Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap, Propinsi Jawa Tengah. Museum ini menempati Pendopo Wisma Mbah Ageng, dibangun pada tahun 1899 oleh Eyang Dipakarsa, Penatus Pertama Desa Gentasari, yang dikenal pula sebagai Eyang Mendali, dan merupakan Eyang Buyut dari Soesilo Soedarman.

JENDRAL YASIR HADIBROTO

Gubernur propinsi lampung yang ke empat ini juga salah satu putra terbaik banyumas. Karir politiknya dimulai dari komandan kompi didaerah sumpiyuh banyumas .

Salah satu prestasi terbaik beliau adalah penyerangan terhadap persembunyian PKI di Wonosobo, pasukan yang dipimpinnya berhasil menewaskan 638 tentara pemberontak. Dialah yang memimpin penangkapan dan menembak mati Dipa Nusantara Aidit (D.N. Aidit), Ketua CC PKI yang mencetuskan peristiwa G-30-S tahun 1965. Setelah itu karirnya mulai melejit dikemiliteran. Berbagai jabatan dan prestasi telah beliau raih.

Pria kelahiran desa sikampuh kecamatan kroya kabupaten cilacap pada 23 oktober 1923 tercatat terakhir menjabat menjadi anggota dewan pertimbangan agung pada tahun 1992.

Disamping nama-nama diatas banyak lagi tokoh dan orang besar yang lahir dari daerah banyumas. Seperti pelawak indro, S. Bagio, darto helm, penyanyi mayangsari, anggun c. Sasmi hingga tokoh politik seperti khotibul umam wiranu, serta masih banyak lagi lainnya.


0 Response to "Inilah 6 Pahlawan Nasional dan Tokoh Besar Kelahiran Banyumas"

Post a Comment